Jumat, 26 November 2010

Untukmu Ya Akhi ^_^

Akhwat : Untukmu Ya Akhi

oleh Ghassani Virera pada 22 Juli 2010 jam 22:32
Akhi...
Afwan. Sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik ( matang-matang, masak-masak, tapi jangan sampai gosong ). Sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama Ta'aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tidak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan kami ( akhwat ). Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata Ta'aruf atau mungkin Khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan shalih seperti antum. Tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum. Apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam ? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati ? Apa antum benar-benar siap ( Ilmu, Iman, Mental, Fisik, Materi, dll ) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan ?


Akhi...
Sekali lagi, hati-hatilah dengan kata Ta'aruf. Karena Ta'aruf adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, seberapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum ? Padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah dihalaman rumah antum bisa membuat kami terpesona. Kolam ikan yang indah membuat kami terlena. Ingin sekali kami memetiknya. Ingin sekali berlama-lama disana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. tapi kami "enggak berhak". Kami belum mendapat izin dari empunya rumah. Tadinya kami ingin mencapai sebuah keberkahan. tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.


Akhi...
lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbangitu lebar-lebar dan kamipun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami mendekat dan sampai didepan, pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berminat membukanya.


Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami rangkai, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukanya. Tapi kapan ? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan kami menunggu diteras rumah antum dengan suguhan yang membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami dari teriknya matahari dan derasnya hujan diluar sana. Kami tak ingin mengkhianati calon suami kami yang sebenarnya. Di istananya dia menunggu calon bidadarinya, menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.


Akhi, sebelum ijab qabul itu keluar dari lisan antum. Cinta adalah cobaan. Cinta itu cenderung pada hawa nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat. Itu pasti !! Langkah-langkah syaitan yang akan menuntunya. Kita tentunya enggak mau memakai label "Ta'aruf" untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan ? hati-hatilah dengan hubungan Ta'aruf yang menjadi TTM ( Ta'aruf Tapi Mesum ). Tolong hargai kami sebagai saudara antum. kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjuk-Nya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.


Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH diawal,ditengah,sampai diujung pernikahan kan ? Hanya ridho dan keberkahan-NYA-lah yang menjadi tujuan. pilihlah cara yang tepat dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada Akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya bahwa dialah yang akan menghiasi istana antum. Tapi antum tidak menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin dan mantap untuk menuju Surabaya, tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan, akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya malah nyasar. Atau kendaraan sudah benar tapi gak efektif. Terlalu lama di perjalanan, masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu yang terbuang percuma selama perjalanan. Jadi, antum juga harus memikirkan cara yang baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan diatas ridho dan keberkahan-Nya.
(tuh kan jadi kemana-mana lagi, tapi enggak apa-apa deh... Setidaknya uneg-uneg ana dah keluar.. fiuuuuhhhh legaaa!!).

1 komentar:

  1. good note,wah bru tau bgmn wanita itu sebenarnya,hehe

    BalasHapus